“I love you.” Katanya tiba-tiba, di tengah-tengah sibuk menyuap bubur dengan kerupuk ke mulut mungilnya.

“Uwwwww.. I love you too!” Sahutku.

Kamipun melanjutkan sarapan sambil menikmati pagi dengan pemandangan kendaraan berlalu lalang. Adik masih sibuk menyendok buburnya sendiri.

Di waktu lain kala petang. Mereka menemaniku berbuka puasa sekalian makan malam di kedai masakan cina kecil di sudut Antapani.

Kami makan tengah, aku membagikan nasi goreng dan kie ke piring mereka masing-masing yang sudah tertengger ebi furai beberapa helai.

“Ih, Bubu, jangan ditambah-ditambah terus, dong!” Celetuknya.

“Hehe, iya. Lucu banget deh kamu!” Jawabku, sambil mengalihkan pembaguan ransum ke Abangnya.

Di waktu lain, pagi hari saat mereka baru membuka mata. Adik bertanya, “Bu, buah apa yang kulitnya tajam?”

“Duren?” Jawabku tangkas.

“Iya! Duren! Aku belum pernah coba, ya?” Tanyanya lugu.

“Pernah, sih. Kamu mau?”

“Iya! Mau! Aku mau duren, Buuuuuuuu!” Dengan parasnya yang lucu.

Entah ada angin apa, atau memang Sang Duren melintas di mimpinya?

Sementara Abang mengajuka permintaan lain, “Bu, mau main salju di snow park!”

“Hmmm, tahu dari mana tentang snow park?” Tanyaku heran.

“Aku tau dong! Mauuuuuuu!” Ucapnya seru.

“Coba kita cari waktu, ya.” Ujarku sambil scrolling. memang ada ya snow park?

Oh, they’re growing well. My babies.

Bismillah semakin tumbuh baik, bahagia, dan terberkahi selalu ya, gais. 💞