Tags
Ada hal-hal, banyak hal-hal, dalam hidup yang memang tidak bisa dipertanyakan. Walaupun hidup sendiri memang berisi dan dipenuhi oleh tanda tanya. Jawabannya bisa saja kita temukan dengan mencari tanpa jemu, atau bahkan jawab-jawab dari jutaan tanya-tanya itu bisa saja tiba-tiba muncul tanpa diminta. Tapi seringkali kita baru akan menemui pemahaman, ketika kita menghempaskan tanya-tanya itu ke udara, mencairkannya dan larut di samudera, lalu kemudian mengikhlaskan diri bahwa kita tidak akan pernah bertemu dengan jawaban yang susah payah kita cari.
Hidup itu berupa suratan, yang telah tertulis jauh sebelum kita memilih. Kadang yang kita rasa baik, yang kita perjuangkan, bisa saja sirna seketika. Jika takdir mulai mengambil perannya. Ketika itu, hidup bukan lagi menjadi pilihan.
Sesaat sempat sepakat, hidup ini serupa jalan cerita di buku Goosebumps. Banyak pilihan yang tertera, akhir dari ceritanya pun berbeda-beda, tergantung jalan yang kita pilih. Kalau kita salah memilih jalan yang berakibat buruk, kita cukup mebalik halaman sebelumnya, lalu beranjak ke pilihan dengan akhir yang baik.
Namun hidup tidak sesederhana itu. Merubah keadaan menjadi lebih baik pun tidak sesingkat membalikan lembar-lembar buku yang kusam akibat sering dibolak-balikkan karena berulang kali salah memilih. Juga, apapun yang kita lakukan. Apapun yang kita perbaiki. Sekali lagi, ketika takdir telah mengambil peran dan mencela pilihan, tidak ada lagi yang bisa kita perbuat.
Seperti ingin menuju ke puncak gunung, beribu kali pun kita berusaha mencari jalan kesana. Mengorbankan segala macam hal hingga mungkin sampai di selangkah sebelum menggapai puncak yang kita perjuangkan, jika takdir berkata tidak. Maka tidak akan pernah kita menjejak disana.
Mungkin terasa menyebalkan. Terlebih ketika kita sibuk menerka-nerka akhir dibalik semua awal yang telah kita mulai, semua terasa menggemaskan. Rasa-rasanya ingin sekali membeli mesin waktu milik Doraemon, hanya untuk meyakinkan diri kita di masa kini untuk tetap tenang, karena kita telah mengetahui bahwa diri kita di masa depan akan baik-baik saja.
Tapi bukankah hidup ini sebuah petualangan? Perjalanan tentang perjuangan, pengorbanan, kegagalan, keberhasilan, bahagia, derita, kenikmatan, kesengsaraan, kebanggaan, penindasan, keberterimaan, penolakan, dan jutaan rasa-rasa lainnya yang menjadi tujuan dianugerahkannya hati dan perasaan pada manusia oleh Sang Pencipta.
Biar saja diri ini merasa kuasa dapat menuliskan kisah hidup seperti apa yang diinginkan, walaupun pada hakikatnya semua telat digariskan. Biar saja diri ini mensyukuri segala bahagia dan derita, pada nyatanya semua yang menerpa kita adalah yang terbaik untuk diri kita.
Kadang kita meronta, berteriak, menghakimi ketidakadilan kehidupan di dunia. Seringkali setetes keluh menghancurkan sebelangga nikmat yang selalu lupa kita syukuri. Padahal hidup menghadiahi kita dengan rasa untuk syukur, agar kita bisa menikmati apapun yang terjadi, tetap bisa tersenyum menjalani bagaimanapun yang disuguhi hari-hari.
Jadi, nikmati saja. Karena semua ini menyenangkan, apapun pilihanmu.
Nikmati saja?
Ya, nikmatilah.
Tulamben, 14 Oktober 2015